Maa Kholaqta Haadzaa Baatilaan…
Tidaklah Allah menciptakan segala sesuatu itu secara sia-sia….
“Pasti ada tujuannya kenapa Allah menciptakan bakteri sebanyak puluhan juta jenis di alam
semesta ini…
Bahkan di dalam tubuh manusia saja hidup milyaran bakteri…”
Saya termasuk kurang aktif di group WA alumni Karisma Salman ITB angkatan 87 ini. Sampai suatu malam, bada magrib, 30 Maret lalu (2018), saya terpaku, memelototi ponsel sambil tiduran di WA group itu. Kutipan di atas muncul setelah chat di bawah ini:
“Kalau menurut metode kedokteran moderen, sampai saat ini gagal ginjal kemungkinannya
untuk sembuh itu kecil. Jadi harus cuci darah seumur hidup….
Bisa dibayangkanlah betapa melelahkan harus cuci darah seminggu sekali, bahkan ada yang sampai 3 kali, tergantung metodenya.
Efeknya pun cukup membuat menderita : lemes, mual, insomnia, stress, sakit pada tulang, dll…
Dengan mempelajari prinsip kerja bakteri, ternyata gagal ginjal bisa disembuhkan, asalkan telaten.
Saya sudah menangani 3 klien yang gagal ginjal. Umur 42, 23 dan 60 tahun. Alhamdulillah ketiganya sekarang sudah tidak perlu cuci darah lagi.
Di sinilah bagaimana Allah Al Lathif Al Khobir membuktikan kebenaran ayat2Nya.” Kemudian masuk ke kutipan “Maa Kholaqta Haadzaa Baatilaan…” di atas..
Pengalaman punya saudara langganan cuci darah, mengusik saya untuk tahu lebih banyak isi pembicaraan kali ini. Bagaimana ustad, yang memilih keluar dari bangku kuliah di Tehnik Informatika ITB, dan menjadi pengajar di pesantren, bisa menjadi penyembuh kanker?
“Saya sambil belajar, sambil praktek… ,” lanjutnya. “Tapi bukan belajar bikin formula bakteri lengkap…. belajar bagaimana menerapkan pada tubuh manusia.”
“Berat kalau belajar tentang membuat formula mah, biar ahlinya saja yang membuat. Perlu IQ tinggi, dan perlu alat canggih untuk membuatnya,” lanjut UASG, Ustad Arief Sufia Gandipoera. Kawan yang sudah saya kenal lebih 30 tahun, dan kini menjadi pengurus sebuah lembaga Islam terpandang dengan cakupan organisasi nasional.
Dari mana UASG mendapatkan ilmu soal bakteri? UASG hanya menyebut dari seorang
formulator, seorang ahli mikrokultur bakteriologi lulusan Jepang yang kini tingggal di sebuah kota di Jawa Timur. “Beliau hafal Quran. Kata beliau, semua ilmu ini sumbernya dari Al Quran,” ujarnya.
Sang Profesor mengaku belajar dari alam semesta. “Dua jam di pagi hari belajar tentang ilmu2 kehidupan. Dua jam malam hari belajar dari Al Quran. Sisa waktunya praktek di lapangan…”
UASG tidak banyak menceriterakan siapa nama “sang formulator” namun tidak keberatan suatu kali mempertemukan anggota WA Group Karang 87 bertatap muka. “Beliau tidak bisa pergi jauh dari rumahnya. Dan juga tidak boleh terlalu lama. Jadi kalau mau ketemu, kita yang harus merapat ke beliau. Biasanya saya kalau mau ketemu, harus ke kota itu. Ambil lokasi tidak terlalu jauh dari rumah beliau,” ujarnya.
“Sang formulator teh rajin pisan ngempelkeun betrak betruk di alam…. teras meneliti, meriset,
mengkultur, dan seterusnya. Di udara ada 15 juta jenis bakteri. Di tanah ada 30 juta jenis bakteri. Di tubuh manusia ada 19 juta jenis bakteri,” ujar UASG.
Banyak yang bertanya : referensi sang formulator dari mana?
“Beliau menjawab, kami itu kuliah di Jepang dulu bukan untuk membuka2 referensi yang sudah ada. Tapi justru harus mematahkan teori2 lama yang ada di berbagai referensi itu.”
Kuliah pertama malam itu berakhir. “Insya Allah nanti dilanjutkan kajian tentang bagaimana bakteri lengkap bekerja? kenapa bakteri jahat & baik disatukan? Dan seterusnya,” ujar UASG.
Bakteri Lengkap? Bakteri Jahat dan Bakteri Baik? Terdengar menarik.
Setelah itu, hampir tiap hari saya terpaku ikut “kuliah malam” tentang berbagai hal dunia renik di sekujur tubuh kita. Bagaimana bakteri mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, mulai dari makanan masuk ke mulut hingga keluar dari tubuh, semua melibatkan bermilyar bakteri.
Hingga suatu malam, karena begitu menakjubkan dan tidak masuk akal, hingga saya menulis begini di group itu:
[09:03, 14/4/2018]Sampai titik ini, kesimpulan saya tetap seperti sebelumnya. Kalau bukan Ustad Arief yang bicara, saya gak akan percaya. Hoax lah. Tapi karena ini saudara yang sudah lama kenal, saya percaya.
Ini jawaban UASG:
Sama persis, Kang Dani,
Dulu waktu saya dapat produk ini, saya hanya menganggap ini seperti obat2 herbal pada umumnya. Dan karena waktu itu saya tahunya bahwa ini adalah produk Hidayatullah, maka saya bersedia untuk memasarkannya.
Tapi karena tanpa pengetahuan sama sekali, alhasil saya tidak bisa memasarkan dengan baik.
Selama setahun boleh dikatakan produk ini setia menghiasi lemari kaca di rumah. Sedikit sekali yang bergerak keluar dari lemari.
Terus terang saja, saya pun tidak ada keyakinan sama sekali terhadap produk ini, jadi tidak serius untuk memasarkannya.
Sampai suatu ketika, ada 2 kejadian yang membuat saya penasaran ingin tau lebih banyak tentang produk ini.
1. Ada salah seorang guru yang bekerja di sekolahnya Kang SIP yang cerita bahwa ayahnya mengidap kanker paru2 stadium dua. Itu hasil biopsinya. Ayahnya harus dioperasi, tapi harus menstabilkan dulu tensi darahnya selama beberapa minggu. Lalu saya kasih gratis formula G14 yang menurut brosurnya bisa menyembuhkan kanker. Selain itu saya kasih juga gratis permen prochid 1 bal, isinya campur rasa strawberry, nanas, sirsak, leci dan manggis yang menurut brosurnya juga bisa mengatasi kanker.
Saya memberi kedua produk itu tanpa keyakinan sama sekali, makanya saya kasih gratis ..hehe
…. daripada nongkrong terus di dalam lemari, lebih baik diinfakkan.
Dua bulan setelah itu, saya didatangi lagi oleh guru tadi dan mengabarkan bahwa ayahnya tidak jadi dioperasi karena setelah diperiksa ulang dengan beberapa metode, tidak ditemukan lagi massa kanker. Dan dia memperlihatkan foto hasil pemeriksaan 2 bulan sebelumnya dan foto terakhir.
2. Peristiwa kedua adalah anak muridnya istrinya kang SIP, kelas TK A. Anak perempuan usia 4 tahun. Anak ini didiagnosa ADHD. Hiperaktif agresif. Suka tantrum (mengamuk), menyerang, menggigit, menendang, merusak barang, melempar apa saja yang ada di dekatnya. Sangat sulit untuk fokus.
Anak ini ketagihan gula. Kalau tidak makan gula maka akan mengamuk luar biasa. Tapi kalau dikasih gula maka hiperaktifnya pun kambuh. Jadi seperti makan buah simalakama. Bagi guru2nya dan teman2an anak ini seperti ancaman setiap harinya. Guru harus mengamankan semua peralatan di kelas sebelum anak ini masuk. Horor banget lah…
Lalu saya sarankan ke ibunya untuk mengganti gulanya dengan prochid. Alhamdulillah, biidznillah setelah 2 minggu hiperaktifnya mulai berkurang secara bertahap. Dan setelah 2 bulan menunjukkan prilaku seperti halnya anak2 yang normal. Mau bersosialisasi dengan baik, bisa bekerja fokus dan tuntas, bekerja sama dengan teman, bisa bermain bersama, fokus ketika memperhatikan penjelasan gurunya….
Dua peristiwa itu terjadi hampir bersamaan, dan saya mulai memberi perhatian pada produk2 ini. Penasaran ingin tau lebih banyak. Dan sejak dua tahun lalu saya bolak balik ke jawa timur untuk belajar. Pertama2, saya belajar ke muridnya Formulator… setelah itu alhamdulillah diberi kesempatan untuk belajar langsung kepada Formulator, meskipun waktunya singkat2. Terakhir ketemu beliau 3 minggu yang lalu.
Member group lain menimpali: Memang pembuktiannya harus dilakukan melalui aplikasi di lapangan. Tanpa pembuktian seperti itu maka boleh dikatakan produk ini adalah hoax…
UASG menjawab: Dulu juga saya menganggap apa yang tertulis di brosur adalah hoax…
Ditambah lagi orang yang pertama kali memperkenalkan produk ini kepada saya sama sekali
tidak bisa menjelaskan secara ilmiah. Dia hanya memberi pengantar dengan bahasa2 keyakinan
(ciri khasnya muballigh ….hehe…).
Katanya :
“Pokoknya yakin saja lah bahwa ini produk bagus sekali, bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Ngga usah banyak nanya. Nabi Musa saja ditegur sama Nabi Khaidir karena banyak nanya.”
Tulisan berikutnya adalah penjelasan UASG dalam kuliah malam-malam, dari 30 Maret hingga 19 April 2018. Selain penjelasan juga ada ada bagian tanya jawab dari “peserta kuliah” yang tersebar di berbagai tempat tersebut.